
Tidak banyak dikenal, bahkan terlupakan, itulah Oei Hui Lan, perempuan Semarang yang menjalankan
diplomasi informal untuk Generalissimo Chiang Kai Shek pada Perang Dunia II.
Hui Lan, kelahiran Semarang, Jawa Tengah, 21 Desember 1889, adalah putri Oei
Tiong Ham, konglomerat pertama Asia Tenggara, bos Kian Gwan Concern yang
dijuluki ”Rockefeller Asia”. Oei Hui Lan adalah sosialita dunia, menghabiskan
waktu di Semarang, Singapura, London, Paris, Shanghai, Beijing, Washington DC,
dan terakhir kali menutup usia di New York, Amerika Serikat. ”Madame Song Mei
Ling, istri Jenderal Chiang, selalu memuji Hui Lan di depan para pemimpin
dunia. Dia disebut sebagai orang penting di balik layar diplomasi Tiongkok
semasa Perang Dunia II,” kata Tommy Lee, Kepala Penerangan Kamar Dagang Taiwan
di Jakarta.

Hui Lan menjadi tokoh di belakang layar diplomasi dunia setelah menikahi Wellington Koo, Duta Besar dan kelak Menteri Luar Negeri Republik Tiongkok (Zhong Hua Min Guo) saat berada di Eropa dan AS semasa Perang Dunia II. Buku Raja Gula Oei Tiong Ham karya Liem Tjwan Ling menyebutkan, Hui Lan hijrah ke London menemani ibunya, Goei Bing Nio, tahun 1918. Ia tinggal di sebuah rumah seluas 1,6 hektar lebih di Oaklands, Wimbledon.Saat liburan di Venesia, Putri Alice dari Monako memperkenalkan Nyonya Goei dan Hui Lan kepada para bangsawan.
Selepas Venesia, Nyonya Goei mengajak Hui Lan ke

Terlahir dari keluarga superkaya, Hui Lan sudah terbiasa berkendara dengan mobil sekelas Bentley dan Rolls Royce pesanan khusus hadiah perkawinan. Kiprah Hui Lan dalam panggung diplomasi dunia dimulai tahun 1938 ketika Wellington Koo menjadi Duta Besar Republik Tiongkok untuk Perancis tahun 1936. Saat itu baru ada 13 kedutaan besar di Paris. Hui Lan, yang terbiasa bergaul dengan kalangan atas, mulai mengenal dunia protokoler diplomatik dan segera menyesuaikan diri. Hui Lan memperkenalkan politisi penting Eropa dengan masakan Tionghoa seperti sup hisit (sirip ikan hiu) dan merogoh kantong pribadi, melengkapi kedutaan besar dengan perabot Tiongkok dan Perancis nomor satu di Avenue George V, Paris. Kung Hsiang Hsi, Menteri Keuangan Tiongkok, menilai, kedutaan itu adalah perwakilan Tiongkok terindah di dunia.
Saat Perang Dunia II meletus dan separuh Perancis diduduki Nazi Jerman, Kedutaan Tiongkok pindah ke Kota Vichy.
Churchill meminta pada Hui Lan agar diberi kesempatan berburu harimau Manchuria sebelum meninggal. Hui Lan menyanggupi
permintaan tersebut. Selanjutnya, tahun 1944, Wellington dan Hui Lan untuk sementara
menghadiri sidang di Dumbarton Oaks, AS, untuk meletakan dasar berdirinya
Perserikatan Bangsa-Bangsa. Pada tahun 1946, Wellington Koo menjadi Duta Besar
Tiongkok di AS. Hui Lan bergaul dengan sobat baru seperti Presiden Harry S
Truman. Hui Lan menjadi istri Dubes hingga suaminya mengakhiri penugasan di AS
tahun 1956. Wellington ,
ujar Tommy Lee, kembali menikahi perempuan lain. ”Namun, secara resmi yang
dikenal sebagai Madame Wellington Koo adalah Oei Hui Lan dari Semarang ,” kata Lee. Oei Hui Lan mengakhiri
hari tua di dalam sepi dan lepas dari kehidupan yang glamour. Dia menulis buku
yang judulnya diambil dari pepatah Tionghoa,天下没有不散的宴席 (Mei You Bu San De Yan Qing-Tidak ada pesta yang tak berakhir-No
Feast Lasts Forever). Akhir hidup sederhana dari seorang perempuan asal keluarga
super kaya. Perusahaan Kian Gwan Concern diambil alih Pemerintah Republik Indonesia dan berganti
nama jadi Rajawali Nusindo.

Oei Hui Lan meninggal dunia di tahun 1992 pada usia 93 tahun. Sebelum meninggal, Oei Hui Lan sempat menulis dan menerbitkan buku berjudul No feast last forever yang menceritakan perjalanan hidupnya yang luar biasa ini. Kehidupan Hui Lan tampak memiliki kebahagiaan yang sempurna. Namun, dalam buku ini seolah Hui Lan bisa dipetik bahwa Kekayaan dan Kekuasaan tidak dapat memberikan Kebahagiaan yang Hakiki. Kekayaan yang seharusnya mampu memberikan kebahagiaan dan kedamaian, malah menjadikan keluarga Hui Lan tercerai-berai dan saling berambisi untuk menguasai. Menjadi istri dari seorang yang berpengaruh di level dunia, juga tidak menjamin kehidupan rumah tangga Oei Hui Lan bahagia. Sungguh sebuah kisah yang tragis yang patut untuk dibaca dan diteladani.

Salah satu peninggalan Oei Hui Lan adalah lukisan dirinya yang terdapat di Hotel Tugu Malang ini. Tidak ada yang tahu siapa pelukisnya, tapi yang jelas penampakan diri Oei Hui Lan di lukisan ini lumayan menyeramkan. Pasalnya,
di lukisan itu terlihat bayangan Oei Hui Lan di cermin dengan rambut terurai
panjang hampir mencapai lutut. Tatapan matanya pun menatap tajam sehingga
banyak pengunjung yang merasa bahwa Oei Hui Lan terlihat hidup di lukisan itu.
Selain tampak hidup, sering terasa aura dingin di sekitar lukisan itu. Beberapa
pengunjung pun pernah mengaku didatangi Oei Hui Lan dalam mimpi mereka setelah
melihat lukisan itu.
0 Response to "Kisah Oei Hui Lan, Putri Orang Terkaya di Indonesia"
Post a Comment